CERPEN "Kasih Tak Tergoyahkan"
Kasih Tak Tergoyahkan
Pernah merasakan besar dan dalamnya kasih sayang seorang pasangan tapi tetap tidak bisa mengalahkan keagungan cinta kedua orang tua. Bukannya berniat membandingkan namun kenyataan memang demikian bahwa cinta orang tua memang melebihi apapun di dunia ini.
Aku baru mengerti itu beberapa hari lalu saat aku baru tersadar setelah koma selama satu minggu penuh. Aku adalah pecandu narkoba yang sudah kehilangan semuanya, kini hidup hanya harus aku habiskan di tempat rehabilitasi, itu pun jika aku masih ingin bertahan hidup. Saat semuanya menghilang, saat semuanya pergi mereka berdualah yang selalu setia memberikan semuanya kepadaku. Bahkan, atas semua kesalahan yang aku lakukan mereka tak pernah sama sekali menyalahkan diriku.
Tiga tahu terakhir menjadi waktu-waktu yang sangat sulit bagiku dalam menjalani hidup. Guncangan besar pernah aku alami dimana aku sempat memutuskan mengakhiri hidupku. Bukan karena putus cinta atau di tinggal kekasih tapi karena keadaan hidup yang benar-benar diluar kendaliku.
Semua datang silih berganti, pertama, aku kehilangan orang-orang terdekat saat mereka mengetahui bahwa aku pemakai. Selanjutnya aku kehilangan kesempatan untuk meraih masa depan karena tubuhku yang semakin lemah tanpa obat setan tersebut. Aku benar-benar mengutuk orang yang pertama kali mengenalkanku pada kotoran iblis tersebut. Sayang, orang itu sudah meninggal lama ditembus timah panas polisi.
Hanya kasih sayang orang tualah yang masih membuatku bisa berdiri disini. Meski belum sepenuhnya dapat terbebas dari jerat racun itu namun aku sudah mulai bangkit, Contoh Cerpen Bertemakan Kasih Sayang. Aku sudah tidak mengonsumsi pil haram itu tetapi aku tinggal menikmati azab pedih yang disisakannya. Jika tidak ada dukungan dari orang tua, mungkin aku sudah lama dimakan cacing.
“Sabar nak, kini kau sudah lebih baik, sekarang lebih dekatkan diri kamu pada Alloh…”
“Iya nak, ayah benar, hanya Alloh yang bisa mengembalikan semua hal yang pernah hilang padamu…”
Kini aku benar-benar pasrah, aku sudah tidak memiliki gairah lagi untuk menjalani hidup di dunia. “Ya Alloh, selesai rehab ini aku pasrah, aku siap melanjutkan apa yang kau takdirkan. Jika engkau menghendaki aku memperbaiki kesalahanku maka berikanlah kekuatan dan jika engkau mencukupkan kesempatanku maka matikan aku dalam keadaan baik….” Pada titik ini aku benar-benar telah menjadi manusia lagi, aku merasakan hati yang damai atas semua yang terjadi, sampai suatu pagi….
“Hei, masih ingat aku…?”
“Siapa…..?”
“Teman SMP kamu dulu….”
“Aih….Intan,… bagaimana kau tahu aku disini…?”
“Aku tahu sudah lama…. Aku kesini untuk membayar hutang yang belum ku bayar….”
“Apa…hutang apa sih….”
“Aku dulu berjanji untuk menitipkan hatiku untukmu, jika kamu siap aku akan menitipkan hatiku padamu saat ini…”
Intan adalah teman masa kecilku dulu, sampai sekolah menengah kami sempat dekat, dan waktu dulu kami mengalami cinta monyet pernah dan sempat saling suka. Saat itu tapi Intan menolak untuk pacaran dan berjanji jika suatu hari aku menjadi orang baik maka dia akan menitipkan cintanya padaku… “Sungguh benar-benar anugrah dia bisa berdiri disampingku saat ini…”
Lama sekali, ia bercerita tentang perjalanan hidupnya, yang juga ternyata tak begitu mulus, dan sekarang ini ia menderita penyakit kanker yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawanya. Mendengar semua cerita hidupnya aku sangat terpukul, tapi ku lihat ketulusannya begitu besar.
“Jika engkau tak keberatan, aku akan menepati janjiku…”
“Tidak, aku tidak keberatan… Bahkan untuk menebus semua kesalahanku padamu aku berjanji dengan kasih sayang yang engkau miliki itu aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia, meski mungkin tak lama…”
Di panti rehabilitasi itu akhirnya kami sepakat untuk melangsungkan pernikahan. Acaranya sederhana tapi begitu berarti bagi kami. Kami berjanji akan selalu bersama menghabiskan sisa hukuman atas dosa-dosa yang pernah ada. Dan di malam ketiga dalam pernikahan kami, Intan tiba-tiba tersungkur, jauh. Aku tak kuasa menolongnya, melihat darah bercucuran dari mulutnya aku pun tak kuasa, lemas dan akhirnya kami jatuh.
Aku baru mengerti itu beberapa hari lalu saat aku baru tersadar setelah koma selama satu minggu penuh. Aku adalah pecandu narkoba yang sudah kehilangan semuanya, kini hidup hanya harus aku habiskan di tempat rehabilitasi, itu pun jika aku masih ingin bertahan hidup. Saat semuanya menghilang, saat semuanya pergi mereka berdualah yang selalu setia memberikan semuanya kepadaku. Bahkan, atas semua kesalahan yang aku lakukan mereka tak pernah sama sekali menyalahkan diriku.
Tiga tahu terakhir menjadi waktu-waktu yang sangat sulit bagiku dalam menjalani hidup. Guncangan besar pernah aku alami dimana aku sempat memutuskan mengakhiri hidupku. Bukan karena putus cinta atau di tinggal kekasih tapi karena keadaan hidup yang benar-benar diluar kendaliku.
Semua datang silih berganti, pertama, aku kehilangan orang-orang terdekat saat mereka mengetahui bahwa aku pemakai. Selanjutnya aku kehilangan kesempatan untuk meraih masa depan karena tubuhku yang semakin lemah tanpa obat setan tersebut. Aku benar-benar mengutuk orang yang pertama kali mengenalkanku pada kotoran iblis tersebut. Sayang, orang itu sudah meninggal lama ditembus timah panas polisi.
Hanya kasih sayang orang tualah yang masih membuatku bisa berdiri disini. Meski belum sepenuhnya dapat terbebas dari jerat racun itu namun aku sudah mulai bangkit, Contoh Cerpen Bertemakan Kasih Sayang. Aku sudah tidak mengonsumsi pil haram itu tetapi aku tinggal menikmati azab pedih yang disisakannya. Jika tidak ada dukungan dari orang tua, mungkin aku sudah lama dimakan cacing.
“Sabar nak, kini kau sudah lebih baik, sekarang lebih dekatkan diri kamu pada Alloh…”
“Iya nak, ayah benar, hanya Alloh yang bisa mengembalikan semua hal yang pernah hilang padamu…”
Kini aku benar-benar pasrah, aku sudah tidak memiliki gairah lagi untuk menjalani hidup di dunia. “Ya Alloh, selesai rehab ini aku pasrah, aku siap melanjutkan apa yang kau takdirkan. Jika engkau menghendaki aku memperbaiki kesalahanku maka berikanlah kekuatan dan jika engkau mencukupkan kesempatanku maka matikan aku dalam keadaan baik….” Pada titik ini aku benar-benar telah menjadi manusia lagi, aku merasakan hati yang damai atas semua yang terjadi, sampai suatu pagi….
“Hei, masih ingat aku…?”
“Siapa…..?”
“Teman SMP kamu dulu….”
“Aih….Intan,… bagaimana kau tahu aku disini…?”
“Aku tahu sudah lama…. Aku kesini untuk membayar hutang yang belum ku bayar….”
“Apa…hutang apa sih….”
“Aku dulu berjanji untuk menitipkan hatiku untukmu, jika kamu siap aku akan menitipkan hatiku padamu saat ini…”
Intan adalah teman masa kecilku dulu, sampai sekolah menengah kami sempat dekat, dan waktu dulu kami mengalami cinta monyet pernah dan sempat saling suka. Saat itu tapi Intan menolak untuk pacaran dan berjanji jika suatu hari aku menjadi orang baik maka dia akan menitipkan cintanya padaku… “Sungguh benar-benar anugrah dia bisa berdiri disampingku saat ini…”
Lama sekali, ia bercerita tentang perjalanan hidupnya, yang juga ternyata tak begitu mulus, dan sekarang ini ia menderita penyakit kanker yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawanya. Mendengar semua cerita hidupnya aku sangat terpukul, tapi ku lihat ketulusannya begitu besar.
“Jika engkau tak keberatan, aku akan menepati janjiku…”
“Tidak, aku tidak keberatan… Bahkan untuk menebus semua kesalahanku padamu aku berjanji dengan kasih sayang yang engkau miliki itu aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia, meski mungkin tak lama…”
Di panti rehabilitasi itu akhirnya kami sepakat untuk melangsungkan pernikahan. Acaranya sederhana tapi begitu berarti bagi kami. Kami berjanji akan selalu bersama menghabiskan sisa hukuman atas dosa-dosa yang pernah ada. Dan di malam ketiga dalam pernikahan kami, Intan tiba-tiba tersungkur, jauh. Aku tak kuasa menolongnya, melihat darah bercucuran dari mulutnya aku pun tak kuasa, lemas dan akhirnya kami jatuh.
Komentar
Posting Komentar